Saham Red Bull Dialihkan Sebelum Pemecatan Christian Horner, Dukungan Penting Menghilang?
Saham Red Bull Dialihkan Sebelum Pemecatan Christian Horner
Christian Horner, mantan Team Principal Red Bull Racing, baru saja dipecat dari jabatannya. Namun, sebuah perkembangan menarik muncul terkait dengan kepemilikan saham Red Bull. Chalerm Yoovidhya, salah satu pendukung utama Horner di dalam struktur kepemilikan Red Bull, mengalihkan seluruh kepemilikannya sebesar 2% kepada sebuah perusahaan trust di Jenewa pada tanggal 20 Mei lalu, sebagaimana dilaporkan oleh Fortune berdasarkan pengajuan regulasi di Austria.
Red Bull sendiri didirikan pada tahun 1984 melalui kerjasama antara Dietrich Mateschitz dan Chaleo Yoovidhya, dengan masing-masing memegang 49% saham perusahaan. Sisa 2% dialokasikan kepada Chalerm Yoovidhya, putra sulung Chaleo, yang telah memegang saham tersebut selama lebih dari empat dekade. Pengalihan saham ini berarti Chalerm tidak lagi secara langsung memiliki saham di Red Bull.
Dampak Pengalihan Saham Terhadap Masa Depan Red Bull F1
Pengajuan di Austria tidak merinci alasan pengalihan saham atau pihak yang akan memperoleh manfaat dari trust tersebut. Namun, waktu pengalihan ini sangat signifikan. Chalerm Yoovidhya dikenal sebagai pendukung kuat Horner selama masa-masa sulit tim akibat tuduhan perilaku tidak pantas terhadap seorang karyawan wanita. Dukungan Yoovidhya dianggap krusial dalam membantu Horner melewati badai dan membawa Red Bull meraih gelar juara dunia konstruktor dan pembalap F1 keempat berturut-turut.
Setelah konfirmasi pemecatan Horner pada hari Rabu lalu, Craig Slater dari Sky TV menyatakan bahwa dukungan dari keluarga Yoovidhya telah memudar. “Pemahaman saya adalah dukungan dari pihak Thailand akhirnya hilang,” ungkap Slater. “Horner tidak lagi dapat mengandalkannya [Yoovidhya], sehingga [ia] menjadi rentan. Pihak Austria dari perusahaan telah mencari perubahan.”
Pengalihan saham ini semakin memperkuat spekulasi bahwa ada perpecahan internal di Red Bull dan keluarga Yoovidhya yang terus memegang 49% saham, mungkin ingin melihat arah baru bagi tim Formula 1 ini. Perkembangan ini memberikan dampak signifikan terhadap masa depan Red Bull Racing, terutama setelah kepergian tokoh sentral seperti Christian Horner.
Post Comment