Korban Kejam Red Bull: Deretan Pembalap F1 yang Dibuang Lebih Awal
Red Bull dan Sejarah Pemberhentian Pembalap yang Mengejutkan
Red Bull Racing, tim yang mendominasi gelombang terbaru Formula 1 (F1), memiliki sejarah panjang dalam mengambil keputusan yang tegas terkait dengan pembalapnya. Seringkali, pembalap berbakat pun tidak luput dari dampak kebijakan tanpa ampun ini. Mari kita telusuri deretan pembalap F1 yang menjadi korban ‘cara Red Bull’ yang kejam.
Awal Mula: Christian Klien dan Tantangan Awal
Perjalanan ini dimulai dengan Christian Klien, pembalap pertama yang merasakan dampak kejam tim. Klien berhasil mengalahkan Vitantonio Liuzzi untuk mendapatkan kursi di Red Bull Racing pada 2005. Meskipun menunjukkan performa menjanjikan di awal musim, ia digantikan oleh Liuzzi dalam empat balapan. Klien kembali, namun akhirnya dipecat pada balapan terakhir musim 2006, membuka jalan bagi Robert Doornbos. Namun, tak satu pun dari keduanya yang bertahan di tim untuk musim 2007, Red Bull memilih Mark Webber.
Scott Speed: Konflik dan Pemecatan Mendadak
Scott Speed menjadi pembalap Amerika pertama yang berlomba di F1 sejak Michael Andretti pada 1993, bergabung dengan Toro Rosso pada 2006. Namun, awal musim 2007 yang mengecewakan, tanpa satu poin pun, menjadi akhir bagi Speed. Ia digantikan oleh bintang yang sedang naik daun, Sebastian Vettel. Laporan menyebutkan adanya perselisihan fisik dengan Franz Tost, prinsipal tim, namun dibantah oleh Tost sendiri. Speed pun mengkritik tim secara terbuka sebelum akhirnya dipecat setelah 10 balapan.
Sebastien Bourdais: Nasib Malang di Toro Rosso
Sebastien Bourdais, rekan setim Vettel di Toro Rosso, seringkali bernasib sial. Ia sempat berada di posisi keempat pada debutnya, namun mengalami kegagalan mesin. Di Spa 2008, ia hampir meraih podium sebelum hujan deras menggagalkan usahanya. Bahkan, hasil kualifikasi terbaiknya dirusak oleh masalah teknis. Namun, nasibnya tetap sama. Paired dengan Sebastien Buemi pada 2009, ia dipecat di pertengahan musim.
Sebastien Buemi: Performa Solid tapi Tak Cukup
Sebastien Buemi terbukti mengungguli Bourdais dan kemudian Jaime Alguersuari selama tiga musim di Toro Rosso. Meskipun demikian, ia tetap ditinggalkan pada 2012 untuk memberi tempat bagi Daniel Ricciardo dan Jean-Eric Vergne. Kini, Buemi masih menjadi bagian dari keluarga Red Bull sebagai salah satu pembalap cadangan.
Jaime Alguersuari: Muda Tapi Tak Bertahan Lama
Jaime Alguersuari memulai debutnya di F1 pada usia 19 tahun 125 hari, menjadi pembalap termuda saat itu. Ia mengumpulkan 31 poin dalam 46 start, tetapi akhirnya dipecat bersama Buemi demi Ricciardo dan Vergne. Setelah sempat berkarier di Formula E, Alguersuari pensiun dari balap pada 2015 dan beralih menjadi DJ dengan nama panggung ‘Squire’.
Jean-Eric Vergne: Terlewatkan Kesempatan
Jean-Eric Vergne dianggap berpotensi besar, namun ia tak pernah mendapatkan promosi ke Red Bull Racing. Ia finis di depan Ricciardo pada musim pertamanya, namun kemudian kalah bersaing. Vergne bahkan sempat menjadi calon pengganti Vettel, tetapi Kvyat yang akhirnya dipilih.
Daniil Kvyat: Rollercoaster Karir dengan Red Bull
Daniil Kvyat memegang rekor sebagai pembalap yang paling sering menjadi korban kebijakan Red Bull. Setelah performa menjanjikan di Toro Rosso, Kvyat dipromosikan ke Red Bull pada 2015 dan menjadi pencetak poin terbaik tim tersebut. Namun, serangkaian insiden, termasuk tabrakan dengan Vettel, dan performa yang menurun membuatnya terdepak sebelum akhir musim 2016, memberi jalan bagi Max Verstappen. Kvyat sempat kembali ke Toro Rosso, namun kehilangan kursi berkali-kali sebelum akhirnya meninggalkan Red Bull sepenuhnya.
Brendon Hartley: Kesempatan yang Singkat
Brendon Hartley mendapatkan kesempatan dari Red Bull setelah sembilan tahun menunggu, menggantikan Kvyat pada akhir 2017. Namun, setelah satu musim penuh yang sulit, ia dipecat setelah hanya mengumpulkan tiga poin dari 21 balapan. Helmut Marko menganggap performanya tidak meyakinkan untuk dipertimbangkan lebih lanjut.
Pierre Gasly: Kembali ke Toro Rosso
Pierre Gasly mendapatkan kesempatan untuk membela Red Bull pada 2019, menggantikan Ricciardo. Namun, ia kesulitan mengimbangi performa Verstappen dan digantikan oleh Alex Albon setelah 12 balapan. Gasly kembali ke Toro Rosso dan menemukan kembali performanya, bahkan meraih podium pertama di F1 dan kemenangan di Italia pada 2020.
Alex Albon: Gagal Mengejar Verstappen
Alex Albon, seperti Gasly, gagal mencapai level performa Verstappen. Meskipun meraih dua podium, Red Bull merasa ia belum cukup kuat untuk bersaing secara konsisten. Di akhir 2020, ia diturunkan menjadi pembalap cadangan dan digantikan oleh Sergio Perez. Albon kini tampil menjanjikan bersama Williams.
Sergio Perez: Tekanan Tinggi dan Akhir Hubungan
Sergio Perez berhasil menjadi rekan setim Verstappen selama empat musim, membantu Red Bull merengkuh gelar konstruktor. Namun, performanya menurun pada 2023 dan 2024, kehilangan konsistensi dan gap poin yang signifikan dari Verstappen. Akhirnya, kontrak Perez tidak diperpanjang.
Liam Lawson: Korban Terbaru
Liam Lawson menggantikan Perez untuk musim 2025, setelah menunjukkan performa menjanjikan di 11 balapan sebagai pengganti sementara. Namun, ia hanya bertahan dua balapan. Kesulitan mengendalikan RB21, bahkan bagi Verstappen, menjadi alasan Lawson digantikan oleh Yuki Tsunoda.
Post Comment