Kontroversi Larangan Berkata Kasar FIA Meningkat, Pembalap WRC Lakukan Aksi Protes
Protes Pembalap di Reli Kenya
Para pembalap World Rally Championship (WRC) melancarkan aksi protes terhadap larangan berkata kasar yang diberlakukan oleh Federasi Otomotif Internasional (FIA). Puncak aksi protes ini terjadi pada seri ketiga musim 2025 di Kenya, di mana para pembalap menolak menjawab pertanyaan dalam wawancara di akhir stage atau hanya berbicara dalam bahasa ibu mereka.
Aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap aturan baru yang dianggap mengekang kebebasan berekspresi dan emosi para pembalap. Dalam pernyataan bersama, para pembalap WRC menyatakan, “Kami semua sepakat untuk meminimalkan kata-kata kasar di mikrofon. Namun, kebebasan berekspresi dan emosi tetap penting, dan pembalap tidak perlu takut dihukum.”
Latar Belakang Kontroversi
Kontroversi ini bermula dari kebijakan Presiden FIA, Mohammed Ben Sulayem, yang memperketat aturan tentang penggunaan bahasa kasar. Aturan ini tidak hanya berlaku untuk pembalap WRC, tetapi juga pembalap Formula 1.
Sebelumnya, pembalap Hyundai, Adrien Fourmax, menjadi korban pertama dari aturan ini. Ia didenda €30.000 (dengan €20.000 ditangguhkan) karena menggunakan kata-kata kasar dalam wawancara dengan WRC TV bulan lalu.
Di Formula 1, pembalap bahkan terancam hukuman yang lebih berat. Denda €40.000 menanti untuk pelanggaran pertama, dan jika terus berulang, pembalap bisa dilarang balapan. Tahun lalu, seorang pembalap Red Bull (tidak disebutkan namanya) bahkan diperintahkan untuk “melakukan pekerjaan sosial” setelah mengumpat dalam konferensi pers FIA di Grand Prix Singapura.
Tuntutan Perubahan Aturan
Para pembalap WRC, melalui pernyataan mereka, menuntut perubahan positif dalam aturan FIA. Mereka meminta agar aturan tersebut lebih fleksibel dan memungkinkan mereka untuk mengekspresikan emosi tanpa takut dihukum.
“Kami telah meminta Presiden FIA untuk melakukan perubahan positif pada aturan untuk membantu kami mencapai tujuan ini,” demikian bunyi pernyataan tersebut.
Para pembalap menegaskan bahwa aksi protes ini terpaksa dilakukan demi kepentingan olahraga reli. Mereka meminta maaf kepada para penggemar, namun menyatakan bahwa dukungan dari penggemar sangat berarti dalam perjuangan mereka.
Dampak dan Kelanjutan
Aksi protes ini menunjukkan eskalasi ketegangan antara pembalap dan FIA terkait aturan larangan berkata kasar. Belum jelas bagaimana FIA akan merespons protes ini, namun yang pasti, isu ini akan terus menjadi sorotan dalam dunia balap internasional.
Para penggemar dan pengamat akan terus memantau perkembangan situasi ini, menantikan apakah FIA akan melonggarkan aturan atau tetap pada pendiriannya. Satu hal yang pasti, perdebatan tentang batas antara ekspresi emosi dan profesionalisme dalam olahraga balap akan terus berlanjut.
Post Comment