Carlos Sainz Ungkap Tantangan Adaptasi di Williams F1: ‘Tidak Semudah yang Dibayangkan’
Carlos Sainz Ungkap Tantangan Adaptasi di Williams F1: ‘Tidak Semudah yang Dibayangkan’
Carlos Sainz, pembalap Spanyol yang bergabung dengan Williams F1 untuk musim 2025, mengungkapkan bahwa proses adaptasinya ke tim baru ini jauh lebih sulit dari yang diperkirakan. Setelah lima tahun membela Ferrari, Sainz kini harus menyesuaikan diri dengan mobil, tim, dan gaya membalap yang berbeda.
Sainz bergabung dengan Williams setelah harus meninggalkan kursinya di Ferrari untuk Lewis Hamilton. Ia kini berpasangan dengan Alex Albon, membentuk duet pembalap yang dianggap sebagai yang terkuat bagi Williams dalam beberapa tahun terakhir. Persaingan antara Sainz dan Albon menjadi salah satu yang paling dinantikan di musim ini.
Saat ini, Albon sedikit unggul dengan mengoleksi 42 poin, sementara Sainz baru mengumpulkan 12 poin. Namun, persaingan kualifikasi terbilang ketat, dengan skor imbang 4-4 dalam sesi kualifikasi reguler, dan Albon unggul 2-0 dalam sesi sprint.
Adaptasi yang Lebih Berat dari yang Terlihat
Meskipun terlihat mampu beradaptasi dengan baik, Sainz mengakui bahwa tiga balapan pertama sangat menantang. “Jangan meremehkan betapa sulitnya proses adaptasi dengan tim baru ini,” ujar Sainz dalam wawancara eksklusif. “Bahkan sekarang, ketika performa saya sudah cukup baik, saya masih merasa ada potensi yang belum tergali. Membangun hubungan yang solid dengan insinyur dan tim strategi juga membutuhkan waktu dan usaha yang besar.”
Sainz menambahkan bahwa kurangnya pengalaman dengan tim telah menyebabkan kehilangan poin. Namun, ia tetap optimis dengan kecepatan mobilnya. “Kecepatan itu ada. Ketika saya cepat di kualifikasi dan balapan, saya yakin masalah lain akan terselesaikan seiring dengan pemahaman yang lebih baik antara saya dan tim.”
Perbedaan Mobil dan Adaptasi Gaya Membalap
Sainz harus melakukan penyesuaian pada gaya membalapnya untuk mengakomodasi karakteristik unik dari mobil FW47 Williams. Ia bahkan membandingkan kesulitan ini dengan apa yang dialami Hamilton saat beradaptasi dengan Ferrari. Pergantian dari mesin Ferrari ke mesin Mercedes juga menjadi salah satu tantangan terbesarnya, karena ini adalah pengalaman pertamanya menggunakan mesin Mercedes.
“Ada beberapa hal dalam mobil yang mengejutkan saya di China dan Australia,” ungkap Sainz. “Saya cukup cepat dalam tes di Abu Dhabi dengan mobil tahun lalu, dan di Bahrain hingga kualifikasi. Tetapi, di China, saya menemukan hal-hal baru tentang mobil yang tidak saya rasakan saat pengujian. Saya harus bekerja sama dengan insinyur untuk menemukan cara mengatasi masalah tersebut dan mengubah setelan mobil.”
Kerjasama Tim dan Komunikasi
Sainz menyoroti eksekusi balapan dan komunikasi dengan tim sebagai area utama yang perlu ditingkatkan. “Saya yakin saya selalu bisa membaca balapan dengan baik, tetapi cara saya berkomunikasi dengan tim, dan bagaimana tim memahami saya, perlu ditingkatkan agar pengambilan keputusan bisa lebih tepat,” jelasnya.
Merasa Seperti di Rumah di Williams
Di luar lintasan balap, Sainz merasa nyaman dengan lingkungan baru di Williams. Sejak mengunjungi pabrik Williams di Grove pada 15 Januari, ia bekerja keras untuk berintegrasi dengan tim. “Saya merasa sepenuhnya di rumah di sini. Meskipun masih ada anggota tim yang ingin saya kenal lebih dekat, saya sangat senang dengan perkembangan sejauh ini.”
Sainz memilih Williams karena ia percaya pada potensi tim dan visi mereka menjelang perubahan regulasi besar di F1 2026. Ia yakin Williams mampu kembali ke performa terbaiknya. “Saya menandatangani kontrak dengan Williams karena saya melihat potensi untuk kembali ke level yang sama seperti saat saya bersama Ferrari. Jika tidak, saya tidak akan pernah bergabung dengan Williams.”
Post Comment