Lewis Hamilton Disarankan Ikuti Naluri setelah Pindah ke Ferrari F1
Lewis Hamilton disarankan untuk kembali mengandalkan naluri alaminya dan mengurangi *overthinking* setelah kepindahannya ke Ferrari F1. Hal ini diungkapkan oleh mantan manajer tim Formula 1, Peter Windsor, yang menganalisis penyebab kesulitan awal yang dialami Hamilton di tim barunya.
Performa Awal Hamilton di Ferrari dan Saran Peter Windsor
Musim F1 2025, yang dimulai pada 25 Maret, menandai awal perjalanan Lewis Hamilton bersama Ferrari. Meskipun meraih kemenangan gemilang di *sprint race* Shanghai, penampilannya diwarnai diskualifikasi dari posisi keenam di Grand Prix China. Performa mobil SF-25 juga belum sepenuhnya memenuhi ekspektasi, dengan rekan setimnya, Charles Leclerc, hanya sedikit lebih baik di GP Australia dan China.
Jurnalis F1, Peter Windsor, menilai bahwa Hamilton masih berada dalam kondisi fisik prima. Namun, ia menyarankan pembalap Inggris itu untuk kembali ke pendekatan yang ia gunakan hingga musim 2021, ketika ia bersaing ketat dengan Max Verstappen untuk perebutan gelar juara dunia.
Naluri vs. Overthinking: Kunci Performa Hamilton
“Saya yakin secara fisik, Lewis masih sama seperti saat ia berusia 21-22 tahun,” kata Windsor melalui kanal YouTube-nya. “Namun, seiring bertambahnya usia, Anda cenderung lebih banyak berpikir.”
Windsor menjelaskan bahwa perbedaan utama antara pembalap muda dan pembalap berpengalaman adalah bagaimana mereka menghadapi risiko. Pembalap berpengalaman cenderung lebih mempertimbangkan untung-rugi karena pengalaman dan kematangan otak mereka.
Windsor mencontohkan Max Verstappen, yang dinilainya sangat cepat masuk ke “zona” di mana ia dapat memaksimalkan potensi mobil. “Ketika Anda melihat dari luar, mobilnya terlihat seperti di atas rel karena dia membelok lebih awal, dia mengatur semua bobot dinamis,” jelasnya.
“Dia melakukan itu bukan dengan berpikir, dia melakukan itu dengan naluri. Dia menyatu dengan mobil dan merasakan permukaan jalan. Dan itu datang dari tidak memikirkannya.”
Windsor menyebut Hamilton, bersama dengan Ayrton Senna, Nigel Mansell, dan Verstappen, sebagai pembalap yang memiliki kemampuan untuk mengandalkan naluri dan menyatu dengan mobil. Namun, ia menilai bahwa pada usia 40 tahun, Hamilton lebih banyak berpikir tentang berbagai aspek di Ferrari, seperti politik tim, cara berkomunikasi dengan *engineer*, dan apa yang ia inginkan dari mobil.
Ferrari Memegang Kunci Kebangkitan Hamilton
Meskipun demikian, Windsor yakin bahwa Ferrari memegang kunci untuk membuka potensi Hamilton. “Jika mereka dapat menemukan sedikit lebih banyak traksi dan meningkatkan mobil di beberapa area, Anda akan melihat Lewis kembali ke zona itu,” kata Windsor.
Windsor optimis bahwa Hamilton masih bisa meraih kemenangan di Grand Prix, bukan hanya *sprint race*. Namun, ia mengakui bahwa saat ini, dengan mobil yang sulit dan kondisi yang menantang, naluri Hamilton belum sepenuhnya muncul.
Kepindahan Hamilton ke Ferrari adalah salah satu transfer paling mengejutkan dalam sejarah F1. Para penggemar dan pengamat balap menantikan apakah juara dunia tujuh kali itu dapat menemukan kembali performa terbaiknya bersama tim Kuda Jingkrak.
Post Comment