Mungkinkah Mesin V10 Kembali ke F1? Begini Kata Para Bos Tim
Suara Nostalgia di Tengah Diskusi Regulasi Mesin F1 Masa Depan
Deru mesin V10 yang ikonik di Formula 1 (F1) mungkin saja kembali menggema di sirkuit. Wacana ini semakin menguat setelah Presiden FIA, Mohammed Ben Sulayem, menyatakan bahwa “kita harus mempertimbangkan berbagai arah, termasuk suara yang menggelegar.” Pernyataan ini memicu diskusi di antara para petinggi tim F1, termasuk Red Bull, McLaren, dan Alpine, yang memberikan pandangan mereka tentang kemungkinan kembalinya mesin yang terakhir digunakan pada tahun 2006 ini.
Pergeseran Paradigma: Dari Hybrid ke Pembakaran Internal yang Lebih Ramah Lingkungan
Sejak mesin V6 hybrid diperkenalkan pada tahun 2014, perdebatan tentang suara dan ukuran mesin yang lebih besar telah beberapa kali muncul. Namun, kali ini tampaknya para petinggi F1 benar-benar mempertimbangkan gagasan tersebut. Penurunan penjualan kendaraan listrik, ditambah dengan kemajuan teknologi dalam bidang bahan bakar e-fuel dan sintetis, telah membuat mesin pembakaran internal kembali dilirik di dunia otomotif.
F1 sendiri akan mengalami salah satu perubahan regulasi terbesar dalam beberapa dekade pada tahun 2026. Tim-tim ditugaskan untuk membangun unit daya baru yang menghasilkan 50% daya dari motor listrik dan 50% sisanya dari mesin pembakaran internal yang dipasok dengan bahan bakar berkelanjutan. Namun, diskusi tentang arah F1 setelah regulasi 2026 berakhir sudah mulai bergulir.
Pendapat Para Petinggi Tim: Antara Romantisme dan Realita
Red Bull, yang telah berinvestasi besar dalam membangun fasilitas manufaktur mesin mereka sendiri, dan juga menarik investasi tambahan dari Ford, menyambut baik gagasan kembalinya mesin V10. Christian Horner, Team Principal Red Bull, menyebutnya sebagai konsep yang “sangat menarik” asalkan dilakukan secara bertanggung jawab dengan bahan bakar yang sepenuhnya berkelanjutan.
“Ada banyak perdebatan tentang masa depan,” kata Horner. “Kita punya seperangkat peraturan untuk tahun depan, untuk 2026. Saya pikir ada beberapa batasan pada peraturan tersebut sejauh menyangkut pertunjukan dan balapan.”
“Secara romantis—V10 yang menjerit—selama dilakukan secara bertanggung jawab, dengan bahan bakar yang sepenuhnya berkelanjutan, sangat menarik.”
Namun, ia juga mengingatkan bahwa perubahan besar-besaran dari apa yang sedang dikerjakan untuk tahun 2026 akan menjadi tantangan tersendiri, dan mempertanyakan kapan waktu yang tepat untuk mewujudkannya.
McLaren, yang pernah mengalami masa sulit dengan mitra mesin mereka, Honda, pada awal era V6 hybrid, kini kembali menjadi kekuatan yang patut diperhitungkan dengan mesin Mercedes. Zak Brown, Team Principal McLaren, mengatakan bahwa menjalankan mesin V10 dengan bahan bakar berkelanjutan akan menjadi “sangat keren.”
“Formula 1 selalu menjadi tantangan teknis yang sangat besar ketika Anda memiliki peraturan baru. Saya pikir ini tidak berbeda untuk tahun 2026,” kata Brown. “Saya pikir V10, pasti—seperti yang dikatakan Christian—akan sangat keren dengan bahan bakar berkelanjutan.”
Namun, Brown juga mengakui bahwa secara logistik, akan sulit untuk “memasukkan kembali jin ke dalam botol” mengingat banyaknya perubahan unit daya yang sedang terjadi saat ini. Audi masuk, Alpine beralih ke mesin Merc, dan kembalinya Honda sebagai pemasok unit daya.
Sementara itu, Alpine, yang akan menghentikan program pengembangan mesinnya untuk pertama kalinya sejak 1977, melihat wacana kembalinya mesin V10 sebagai sesuatu yang perlu dikaji lebih lanjut. Oliver Oakes, Team Principal Alpine, menyebutnya sebagai “ide yang cukup romantis,” tetapi juga mengakui bahwa “kereta telah meninggalkan stasiun” untuk tahun 2026.
Kesimpulan: Masa Depan F1 Masih Menjadi Misteri
Kembalinya mesin V10 ke F1 masih menjadi tanda tanya besar. Diskusi masih terus bergulir, dan berbagai pertimbangan teknis, logistik, serta finansial perlu dikaji secara matang. Sementara romantisme deru mesin V10 memang menggoda, realita regulasi dan perkembangan teknologi akan menjadi penentu arah masa depan Formula 1.
Post Comment