Keputusan ‘Aneh’ Red Bull Dipertanyakan, Bos McLaren Puji Performa Gemilang Yuki Tsunoda
Zak Brown, CEO McLaren, melontarkan kritik pedas terhadap keputusan Red Bull Racing terkait pemilihan pembalap, terutama setelah penampilan impresif Yuki Tsunoda di Grand Prix Australia. Di tengah spekulasi seputar susunan pembalap Red Bull untuk musim 2025, komentar Brown menambah panas persaingan di dunia Formula 1.
Tsunoda tampil memukau di sesi kualifikasi, mengamankan posisi kelima di grid untuk tim Racing Bulls (sekarang VCARB), bahkan mengungguli duo Ferrari, Charles Leclerc dan Lewis Hamilton. Meskipun performanya di balapan menjanjikan dengan menyalip Leclerc di lintasan yang licin, strategi tim yang kurang tepat membuatnya harus puas finis di posisi ke-12. Namun, potensi Tsunoda tetap terlihat jelas.
“Saya pikir ini akan menjadi tahun yang sangat menarik,” kata Brown. “Yuki melakukan pekerjaan yang hebat, mungkin dia adalah orang yang seharusnya berada di Red Bull jika Anda melihat bagaimana dia tampil, tetapi mereka [Red Bull] tampaknya membuat beberapa pilihan pembalap yang aneh.”
Komentar Brown ini muncul setelah Red Bull lebih memilih Liam Lawson daripada Tsunoda sebagai pengganti pembalap, meskipun Tsunoda memiliki pengalaman yang jauh lebih banyak dan secara umum mengungguli Lawson. Ironisnya, Lawson tersingkir di Q1 dan gagal menyelesaikan balapan di Australia.
**Keputusan Kontroversial Red Bull: Sejarah Singkat**
Sejak kepergian Daniel Ricciardo pada akhir 2018, Red Bull Racing memang terlihat kesulitan menemukan tandem yang sepadan untuk Max Verstappen. Pierre Gasly, yang menggantikan Ricciardo pada 2019, diganti di tengah musim karena performa yang kurang meyakinkan. Alex Albon kemudian diberi kesempatan, tetapi juga gagal memenuhi ekspektasi.
Red Bull akhirnya beralih ke Sergio Perez, yang sebelumnya menunjukkan performa solid di Racing Point. Kedatangan Perez memang bertepatan dengan kebangkitan Red Bull sebagai kekuatan dominan, dan dia memainkan peran penting dalam kemenangan Verstappen atas Hamilton pada 2021. Namun, performa Perez menurun drastis pada 2023, memicu spekulasi tentang masa depannya.
Alih-alih merekrut Carlos Sainz yang tersedia untuk 2025, Red Bull malah memilih Lawson, yang secara statistik tidak jauh lebih baik dari Tsunoda saat mereka menjadi rekan satu tim pada 2024. Hal inilah yang membuat komentar Brown semakin relevan.
**Implikasi dan Masa Depan**
Pernyataan Zak Brown ini bukan sekadar komentar pedas biasa. Ini menyoroti dinamika persaingan di Formula 1, di mana keputusan strategis terkait pemilihan pembalap dapat memiliki dampak besar pada performa tim. Dengan Sainz yang kini berstatus ‘free agent’ dan Tsunoda yang terus menunjukkan peningkatan, tekanan pada Red Bull untuk membuat keputusan yang tepat semakin besar.
Apakah Red Bull akan menyesali keputusannya? Atau apakah mereka akan membuktikan bahwa Brown salah? Hanya waktu yang akan menjawab. Yang jelas, musim 2025 dipastikan akan menjadi musim yang penuh kejutan dan persaingan sengit.
Post Comment